Said Iqbal Tegaskan Dukungan Buruh untuk Presiden Prabowo Subianto

Bekasi – Ribuan massa Buruh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani Nena Wea (KSPSI AGN), dua konfederasi serikat pekerja terbesar di Indonesia berkumpul dalam Apel Besar Kebangsaan Buruh Indonesia, sebuah momentum yang memadukan semangat kebangsaan, solidaritas pekerja, dan doa bersama untuk negeri.

Presiden KSPI Said Iqbal menyapa ribuan buruh yang memadati lapangan Botanical Garden. “Sesuai salam dan keyakinan agama kita, mari kita doakan negeri ini agar selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa,” serunya.

Bacaan Lainnya

Kemudian, Said Iqbal dalam pidatonya memberikan penghormatan khusus kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang disebutnya sebagai sosok yang “selalu membersamai perjuangan buruh Indonesia.” Ia menyebut Kapolri telah berperan penting dalam menjaga iklim demokrasi, bahkan memfasilitasi jalannya perjuangan hukum hingga Mahkamah Konstitusi yang menghasilkan kemenangan rakyat pekerja atas Omnibus Law Cipta Kerja.

“Mari beri aplaus yang meriah untuk Bapak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit!” seru Iqbal. “Beliau adalah orang yang menjaga ruang gerak demokrasi kita, memfasilitasi agar Omnibus Law bisa dihapuskan dan dimenangkan dalam sidang gugatan Mahkamah Konstitusi.”

Selanjutnya, Said Iqbal menyampaikan pesan utama kepada seluruh rakyat Indonesia yaitu buruh Indonesia mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Presiden Prabowo adalah pemimpin yang kami cintai. Kami berharap segala kebijakannya berpihak pada kaum kecil, pada buruh, petani, nelayan, dan guru.”

Ia menegaskan dukungan itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, langkah-langkah awal Presiden Prabowo menunjukkan keberpihakan pada rakyat kecil. Mulai dari penghapusan utang UMKM, pembangunan ekonomi desa, hingga program tiga juta rumah rakyat.

“286 triliun rupiah uang akan berputar di desa,” ujar Iqbal. “Itu bukan angka kecil. Itu bukti bahwa negara hadir untuk rakyat kecil, bukan hanya untuk mereka yang berpunya.”

Di tengah pidato, Iqbal mengajak seluruh buruh berseru bersama, “Kalau saya bilang Presiden, kalian bilang Prabowo!” Ribuan suara menjawab lantang, “Prabowo! Prabowo! Prabowo!”

Begitu pula ketika Iqbal menyerukan, “Kalau saya bilang Kapolri!” dijawab dengan gegap gempita, “Listyo Sigit! Listyo Sigit! Listyo Sigit!”

Pidato Iqbal tak hanya bernada dukungan politik, tetapi juga menyampaikan pesan moral mendalam tentang keadilan sosial. Ia mengingatkan bahwa kesejahteraan rakyat pekerja harus menjadi prioritas utama pembangunan nasional.

“Kau boleh kaya, tapi jangan miskinkan kami,” ucapnya tegas. “Buruh, nelayan, petani, guru, orang-orang kecil. Mereka sangat mengharapkan kehadiran negara. Negara harus berpihak kepada yang lemah, tanpa harus memusuhi yang kuat.”

Dalam bagian akhir pidato, Said Iqbal juga menyinggung kiprah Presiden Prabowo di panggung internasional, terutama dalam upaya diplomatik Indonesia terkait perdamaian dan kemerdekaan Palestina.

“Bangga kita melihat di televisi, pemimpin bangsa Indonesia bisa berdiri mewakili kita semua,” kata Iqbal penuh haru. “Presiden Prabowo adalah satu-satunya pemimpin dari Asia yang diundang untuk menyaksikan penandatanganan perdamaian di Gaza. Palestina merdeka karena salah satunya berkat Indonesia!”

Ia kemudian mengingatkan sejarah panjang hubungan kedua bangsa itu. Bahwa sebelum Indonesia diakui dunia, Palestina melalui Mesir-lah yang pertama kali memberikan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.

Iqbal bercerita tentang Kiai Haji Agus Salim, tokoh buruh sekaligus diplomat ulung yang diutus Bung Karno menemui Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser. “Dari pertemuan itu lahirlah pengakuan internasional pertama bagi Indonesia,” jelasnya.

“Jadi kalau ada yang bilang kaum buruh tidak berkontribusi pada kemerdekaan bangsa, itu keliru besar. Dari dulu, pejuang buruh sudah ikut membangun negeri ini,” ujarnya lantang, menutup bagian sejarah dengan tepuk tangan panjang dari hadirin.

Apel Besar Kebangsaan Buruh Indonesia hari itu menjadi lebih dari sekadar pertemuan serikat pekerja. Ia menjelma menjadi panggung moral kebangsaan, dimana tempat buruh menyampaikan suara dukungan, harapan, dan doa untuk bangsa.

“Kita yang hadir di sini semoga masuk surga semuanya,” ujar Iqbal. “Dan yang menaikkan gaji buruh, masuk surga juga!”

Acara kemudian ditutup dengan doa bersama, lantunan lagu kebangsaan bagimu negeri.

Pos terkait